a. Pengertian Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi BAB lebih
dari biasanya, (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 1990).
Definisi penyakit diare menurut WHO adalah sebagai berikut
:
“ Diarrhoea disease is a disease
characterized by passage of abnormally loose or waterly stools” (WHO, 1985).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali / hari ) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadicair), dengan / tanpa darah dan / atau lendir
(Suraatmaja, 2005)
b.
Jenis Diare
Diare terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1)
Diare akut,
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
2)
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam
tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan baerat badan dengan
cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
3)
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari secara terus-menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan
berat badan dan gangguan metabolisme.
4)
Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tatalaksana diare
juga tergantung pada penyakit yang menyertainya (Ilmu Kesehatan Anak, 1990).
c. Etiologi
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak
(2001) Etiologi diare dapat di bagi beberapa faktor, yaitu :
1)
Faktor Infeksi
a.
Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi lateral ini meliputi :
-
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella,
Shingella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
-
Infeksi
virus : Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain
-
Infestasi
parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris,
Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia,
Trichomonas Homonis), jamur (Candida Albicans).
b.
Infeksi
Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya (keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
2)
Faktor Malabsorbsi
a.
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
b.
Malabsorbsi lemak
c.
Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun,
alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih
besar
Penyebab diare pada balita yang
terpenting adalah :
1) Karena peradangan usus, misalnya :
kholera, disentri, bakteri-bakteri lain, virus dsb.
2) Karena kekurangan gizi misalnya :
kelaparan, kekurangan zat putih telur.
3) Karena keracunan makanan.
4) Karena tak tahan terhadap makanan
tertentu, misalnya : si anak tak tahan meminum susu yang mengandung lemak atau
laktosa (FKUI, 1990).
d.
Patofisiologi
Sebagai akibat diare
baik akut maupun kronis akan terjadi :
1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam – basa
(metabolic asidosis)
Metabolic asidosis ini terjadi
karena :
a) Kehilangan Na – bikarbonat bersama tinja
b) Adanya kitosis kelaparan. Metabolisme
lemak tidak sempurna seghingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c) Terjadi penimbunan asam laktat karena
adanya anoksia jaringan
d) Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena ada tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguri/anuri)
e) Pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia terjadi pada 2 – 3 % dari
anak – anak yang menderita diare. Pada anak – anak dengan gizi cukup atau baik,
hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak – anak yang
sebelumnya menderita KKP.
Hal ini terjadi karena :
a) Penyimpanan/ persediaan glikogen dalam
hati terganggu
b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun
jarang terjadi)
4) Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan
disertai muntah, dapat terjadi ganguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok)
hipovolamik.
5) Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare,
sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat. (Sudaryat Suraatmaja, 2005)
e. Patogenesis
Makanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1.
Gangguan osmotic
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya diare pula.
3. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltic akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila pristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya diare pula (Koplewich, 2005).
f. Gejala Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin di sertai lendir
dan atau darah. Warna tinja semakin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam
laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di absorbsi usus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam-basa
dan elektrolit.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi
dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM biasanya dirawat penderita
dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12½ %. Pada
dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut
nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran
menurun (apatis, somnolen dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat
dehidrasi, diresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis
metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam
(Pernafasan Kussmaul).
Asidosis metabolik terjadi karena : 1) Kehilangan NaHCO3
melalui tinja,
2) Ketosis kelaparan, 3) Produk-produk metabolik
yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh karena oliguria atau anuria),
4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel, 5) Penimbunan
asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam
plasma kurang dari 130 mEq/I, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila
kadar natrium dalam plasma 130 – 150 mEq/I, sedangkan dehidarsi hipertonik
(hipernatremia) bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/I.
Dari penderita-penderita yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM ditemukan 77,8% dengan dehidrasi isotonik, 12,7% dehidrasi hipertonik
dan 9,5% dehidrasi hipotonik. Pada dehidrasi isotonik dan hipotonik penderita
tampak tidak begitu haus, sedangkan pada penderita dehidarsi hipertonik, rasa
haus akan nyata sekali dan sering disertai kelainan neurologis seperti kejang,
hiperefleksi dan kesadaran yang menurun, sedangkan turgor dan tonus tidak
berapa buruk (FKUI, 1990).
g. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti:
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus,
hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram).
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai
akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein, karena selain
diare dan muntah, penderita mengalami kelaparan.
8) Hiponatremi
9) Syok hipovolemik
10) Asidosis (suriadi, 2001).
h. Pencegahan Diare
Untuk pelaksanaan upaya pencegahan maka intervensi pencegahan diare yang perlu
disebarluaskan adalah :
a)
Promosi ASI
b)
Menghindarkan penggunaan susu botol
c) Perbaikan makanan penyapihan atau makanan
pendamping ASI (MPASI) dari segi gizi maupun hygienenya.
d) Penggunaan air bersih, peningkatan hygiene
perorangan, penggunaan jamban, dan perbaikan lingkungan.
e)
Imunisasi campak.
f)
Berak di kakus, tidak di kali, pantai, sawah atau
sembarang tempat.
g) Cuci tangan sebelum makan, dan sesudah
buang air besar.
h) Minum air dan makanan yang sudah dimasak
i)
Susui
anak anda selama mungkin, di samping makanan lainnya sesuai umur.
j)
Bayi
yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui
ibunya.
k) Tetaplah anak disusui walaupun anak
menderita diare.
i. Perawatan Diare
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien
menderita dehidrasi dan jika tidak segera diatasi menyebabkan terjadinya
dehidrasi asidosis; bila masih berlanjut akan terjadi asidosis metabolik,
gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
Bila dehidrasi masih ringan / sedang
a)
Berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas
setiap kali setelah pasien defekasi.
b) Cairan harus mengandung elektrolit ;
seperti oralit
c) Jika anak terus muntah/atau tidak mau
minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila pemberian cairan per oral
tidak dapat dilakukan dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau
cairan lain yang tersedia setempat jika tidak ada RL (atas persetujuan dokter).
d)
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kgBB per oral/intragrastik
(sonde)
e)
Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari ad libitum
Dehidrasi Berat
a)
Pada dehidrasi berat selama 4 jam pertama tetesan lebih
cepat, selanjutnya secara rumat.
b)
Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer, atau sudah berubah konstitensinya.
c)
Berikan minum teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
d)
Jika rehidrasi telah terjadi, infuse dihentikan, pasien
diberi makan lunak secara realimentasi ( Ngastiyah 2005).
Kebutuhan Nutrisi
Untuk mencegah kurangnya
masukan nutrisi dan membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus
segera diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung
cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak lagi menimbulkan diare
kembali (World Health Organization, 1980). Bayi yang masih minum ASI
selama diare walaupun bayi tersebut dirawat dan dipasang infus setelah keadaan
tidak terlalu lemah, ASI harus diberikan terus.
Pada umumnya anak diatas 1 tahun dan sudah makan biasa, dianjurkan makan
bubur tanpa sayuran pada hari-hari masih diare (boleh bubur pakai kecap dengan
telur asin jika bukan karena telur anak diare) dan minum teh. Hari esoknya jika
defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak. Jika
anak tidak dapat meninggalkan susu boleh diberi tetapi diencerkan dahulu
misalnya hari pertama 1/3, hari kedua (2/3) dan jika defekasi tetap baik boleh
penuh pada hari berikutnya.
Resiko Terjadi Komplikasi
Komplikasi pada
pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis. Tetapi komplikasi
dapat juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan seperti:
1) Infeksi pada bagian yang dipasang
infus atau terjadi hematoma, flebitis.
2) kelebihan cairan ; terutama pada bayi;
yang kecil (neonatus, prematur)gejala kelebihan cairan; mula – mula terlihat
sembab, mengkilap pada kelopak mata bay, kemudian bengkak seluruh wajah.
Jika berlanjut menyebabkan edema paru dan terjadi sesak napas bila edema sampai
pada otak akan menyebabkan pasien kejang. Oleh karena itu, setiap pasien
mendapatkan infus terutama bayi, tetesannya harus selalu dikontrol denagan
benar. Kelebihan cairan juga dapat terjadi jika setelah dehidrasi seharusnya tetesan
sudah dikurangi tetapi belum dilakukan, dalam sekian jam akan terjadi kelebihan
cairan. Sebaiknya bila tetesan macet tidak segera dibetulkan atau tetesannya
kurang dari semestinya rehidrasi tidak segera tercapai yang berarti
memperpanjang penderitaan pasien:
3) kejang – kejang pada pasien yang diare
bila bukan karena kebanyakan cairan dapat karena hipoglikemia. Karena itu bila
ada kejang pada pasien diperiksa gula darahnya dan tindakan selanjutnya setelah
ada instruksi dokter.
4)
komplikasi lain bila diare menjadi kronis dapat menyebabkan pasien menderita
malnutrisi energi protein. Oleh karena itu, pasien diare harus diobati sesuai
dengan penyebabnya untuk mencegah berulanya diare.
6)
Apabila terjadi komplikasi
pada kulit akibat seringnya berak-berak dan adanya asam laktat dalam tinja
dapat menyebabkan iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya. Maka untuk
menjaga agar tidak lecet pada kulit, setiap habis buang air besar bersihkan
dengan kapas yang dibasahi dengan air hangat/minyak kelapa tetapi jangan diberi
bedak lagi karena akan lengket
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyebab diare
telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun parenteral
serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa faktor resiko yang ikut
berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan karena kurangnya pengetahuan
orang tua maka penyuluhan perlu diberikan. Hal-hal tersebut adalah : hyegiene
yang kurang, baik perorangan maupun lingkungan, pola pemberian makanan, sosial
ekonomi dan sosial budaya.
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui “4F” (finger, feces, food,
dan fly) maka penyuluhan yang penting adalah :
1)
Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum
makan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.
2)
Membiasakan anak membuang air di jamban dan jamban
harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
3) Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan
adanya lalat.
4) Makanan harus selalu tertutup (jika di
atas meja)
5) Kepada anak yang sudah dapat membeli
makanan sendiri agar di ajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan
terbuka.
6) Air minum harus selalu dimasak. Bila
sedang terjangkit penyakit diare selain selain harus yang bersih perlu dimasak
mendidih lebih lama.
Gangguan rasa aman dan
nyaman.
Pasien yang menderita diare akan meraskan gangguan rasa aman dan nyaman. Karena
sering buang air sehingga melelahkan; apabila pada pasien kolera yang
defekasinya terus menerus disertai muntah. Untuk mengurangi kelelahan pasien
tersebut sebaiknya dirawat diatas eltor bed, yaitu tempat tidur dari
terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempatkan ember penampung
kotoran. Di dalam ember tersebut diisi dengan desinfeksi. Selain kelelahan juga
adanya rasa tak enak di perut serta kurang istirahat karena sering buang air
besar (Ngastiyah , 2005.)
0 comments:
Post a Comment